Anambas, Sinarperbatasan.com – Sebuah kapal pompong milik warga Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), dikabarkan tenggelam di sekitar perairan Pulau Wait, Anambas, pada Rabu (02/04/2025) kemarin.
Pompong yang mengangkut 8 orang penumpang itu, berlayar dari Dusun Batu Nyodong, Desa Payalaman, Kecamatan Kute Siantan, menuju ke Pulau Wait.
Syardiansyah Budiman, yang merupakan saudara dari pemilik pompong mengatakan, jika rombongan akan menuju Pulau Wait, untuk melakukan aktifitas yang biasa di lakukan di luar hari libur.
“Orang melihatnya liburan, tetapi saya katakan itu bukan lah liburan, karena kami setiap tahun ke Pulau Wait tidak di hari raya saja,” terang Dian (sapaan akrabnya), saat dihubungi awak media sinarperbatasan.com, Jum’at (04/04/2025) pagi.
“Karena kami dari Batu Nyodong menuju Pulau Wait gelombang tinggi tidak bisa menyebrang, jadi kami lutuskan untuk singgah di pulau terdekat, karena kalau mau putar balik tidak mungkin, sebab perjalanan kami sudah hampir sampai di Pulau Wait,” katanya.
Sardiansyah lantas meminta izin untuk berlabuh di laut depan rumah Suhak, yang lokasinya tidak jauh dari daerah tujuan nya di Dusun Palah.
“Pompongnya dibiarkan berlabuh di bibir pantai sedangkan keluarga saya sudah beristirahat di pantai depan rumah Suhak,” kata Dian.
Saat sedang beristirahat kakak Dian bernama Nurul pada Rabu, sekitar pukul 03.00 WIB dini hari, melihat kapal pompong terlihat miring seperti hendak tenggelam.
“Kemudian kakak saya memastikan saya untuk mengecek ke pompong tersebut sudah tenggelam separuh akibat hantaman ombak air pasang, sehingga di hantam oleh batu karang tempat kapal berlabuh jangkar,” jelasnya.
Mengetahui kapal sudah tenggelam dan tidak bisa untuk di perbaiki, Ia memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan ke Pulau Wait
Ia menambahkan, jika istri, anak dan kakaknya memutuskan untuk pulang ke Batu Nyodong dengan menggunakan kapal pompong warga Dusun Palah, dalam keadaan selamat dan tidak ada korban dalam peristiwa itu.
“Adapun kerugian yang saya alami dalam peristiwa ini mencapai Rp 80 juta. Sedangkan barang-barang seperti mesin, GPS dan lainnya masih bisa diselamatkan,” ujarnya.
“Kalau sengaja untuk liburan dalam momen hari raya itu salah. Kami sebelum lebaran pun emang sering ke Wait, karena sudah lama tidak kesana sekalian untuk mencari ikan memancing sekalian melihat kondisi kebun kami di Pulau Wait,” jelasnya lagi.
Laporan : Thoni Haryanto