Sarwanto saat menunjukkan ayam broiler di kandang miliknya di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Bunguran Tengah, Kamis (16/02/2023) pagi. (foto : Udin)
Natuna, SinarPerbatasan.com – Peternak ayam broiler atau ayam sayur, di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), mengeluhkan mahalnya harga pakan ayam.
Hal itu di sampaikan oleh Sarwanto, salah seorang pemilik usaha peternakan ayam broiler yang ada di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Bunguran Tengah. Menurut Sarwanto, kenaikan harga pakan membuat keuntungannya menurun, dan bahkan beresiko merugi.
“Iya kalau bicara soal untung, sudah pasti berkurang lah,” tutur Sarwanto, saat di jumpai sinarperbatasan.com di kandang ayam miliknya di Jalan Bata Merah, Desa Harapan Jaya, Kamis (16/02/2023) pagi.
Sebenarnya, kata Sarwanto, kenaikan harga pakan juga telah di sesuaikan dengan naiknya harga daging ayam di pasaran. Permasalahannya, kata dia, mahalnya harga daging ayam memicu kurangnya daya beli masyarakat terhadap daging ayam.
“Memang sih, harga ayam juga ikut naik, tapi kan pembelinya jadi berkurang. Sehingga yang seharusnya di usia 25 sampai 28 hari itu ayam udah habis di kandang, namun sekarang usia ayam sudah di atas satu bulan, tapi belum habis juga. Kalau ayamnya masih ada, otomatis kan kita terus terbebani dengan biaya pakan. Sementara semakin besar ukuran ayamnya, semakin banyak juga makannya,” terang Sarwanto.
Padahal, sambung dia, ayam yang bobotnya mencapai 2 kilo keatas, harga dagingnya juga akan menurun. Karena ayam yang banyak di cari konsumen adalah ayam dengan bobot antara 9 ons hingga 1 kilo.
Masih kata Sarwanto, sebelumnya harga voer ayam hanya Rp 500 ribu per sak ukuran 50 kilogram. Namun, kini harganya sudah naik menjadi Rp 550 ribu per saknya.
Kemudian untuk harga ayam dari peternak, sebelumnya hanya Rp 34 ribu per kilogram, sekarang naik menjadi Rp 38 ribu.
“Itu harga dari peternak, kalau di pasar bisa sampai Rp 41 ribu. Makanya daya beli masyarakat untuk beli daging ayam jadi menurun,” pungkasnya. (Udin)
Editor : Imam Agus