Foto bersama usai pembukaan Pelatihan Pengelolaan Desa Wisata di Kabupaten Natuna tahun 2022.
Natuna, SinarPerbatasan.com – Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna, menggelar Pelatihan Pengelolaan Desa Wisata yang digelar mulai 10 hingga 12 November 2022.
Sekretaris Dispar Natuna, Supardi, menerangkan, kegiatan yang digelar selama 3 hari tersebut dibagi menjadi 2 sesi, yakni penyampaian materi selama 2 hari di Natuna Hotel dan 1 hari kunjungan lapangan
Adapun pelatihan ini di ikuti oleh pengelola desa wisata dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dari Kecamatan Serasan Timur, Midai, Pulau Tiga Barat, Bunguran Barat, Bunguran Selatan, Bunguran Timur Laut, dan Bunguran Timur.
“Natuna menetapkan 15 desa wisata yang tersebar se-Kabupaten Natuna. Desa wisata tersebut diharapkan memberi dampak bagi perekonomian masyarakat,” ujar Supardi, dalam laporannya pada kegiatan pembukaan pelatihan, Kamis (10/11/2022) di Natuna Hotel.
Lanjutnya menjelaskan, tujuan kegiatan yang didanai oleh Dana Alokasi Khusus Non Fisik Pelayanan Kepariwisataan ini, untuk meningkatkan pengetahuan, motivasi, dan kompetesi pengelola desa wisata agar lebih profesional dalam melayani wisatawan.
“Peserta diharapkan memahami dasar kepariwisataan, memahami sapta pesona masyarakat sadar wisata, dan memahami tata pengelolaan lembaga desa wisata,” tuturnya.
Diungkapkan Supardi, pelatihan pengelolaan desa wisata ini menghadirkan dua orang narasumber, yakni Ketua Pokdarwis Mekar Jaya dan Manajemen Konsultan Pariwisata dari Tanjungpinang.
Sementara itu, Asisten II Pemkab Natuna, Basri, mengatakan, Natuna mempunyai anugerah luar biasa berupa alam yang indah. Sebagai bagian Geopark Nasional, keindahan laut dan bebatuan di Natuna menjadi daya tarik bagi wisatawan luar daerah.
“Buat kita orang Natuna melihat laut dan batu itu hal biasa, apalagi melihat mangrove, karena sudah sering jadi tak menarik,” ujarnya.
“Jadi diklat ini dilakukan supaya kita bisa mengoptimalkan potensi itu dan mengetahui bahwa sudut pandang orang lain berbeda,” timpal Basri.
Basri menilai, hal yang musti ditonjolkan dari pariwisata adalah propaganda. Sehingga, masyarakat dan pengelola wisata harus memiliki tourism minded (wawasan kepariwisataan).
“Keramahtamahan, kenyaman, kebersihan itu kalau kita berikan mereka (wisatawan) senang. Tetapi itu tak bisa dilakukan satu dua orang, makanya disebut desa wisata. Bapak ibu yang ikut pelatihan inilah sebagai pionir nya untuk berbagi wawasan itu,” jelas Basri.
Basri pun berharap, para peserta pelatihan dapat mengikuti kegiatan tersebut dengan sungguh-sungguh, sehingga dapat mengaplikasikannya untuk kemajuan pariwisata di masing-masing desa. (Zk)