BerandaDaerahPermintaan Batu Bangunan Sepi, Pekerja Batu di Natuna Mengeluh

Permintaan Batu Bangunan Sepi, Pekerja Batu di Natuna Mengeluh

Tampak batu pondasi dan koral milik Tarsus, masih menumpuk di sekitar lokasi pemecahan batu di Desa Limau Manis, Kecamatan Bunguran Timur Laut, pada Sabtu (25/02/2023) siang. (foto : Khairud)

Natuna, SinarPerbatasan.com – Bekerja sebagai buruh pemecah batu granit, menjadi salah satu profesi masyarakat yang ada di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), selain dari nelayan, bertani dan buruh serabutan.

Tarsus (51), salah seorang warga Desa Limau Manis, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna, dalam kesehariannya juga bekerja sebagai pemecah batu.

Batu yang di pecah memiliki ukuran yang sangat besar, bahkan ada yang nyaris berukuran sebesar rumah. Sebelum di pecah menggunakan palu besar, batu besar tersebut terlebih dahulu di bakar di permukaannya selama berjam-jam, untuk memudahkan pemecahan batu ke tahap berikutnya.

“Kalau di bakar dulu, urat-urat batunya akan mudah retak, sehingga mudah untuk di pecahkan,” kata Tarsus, saat ditemui awak media sinarperbatasan.com di lokasi pemecahan batu di Desa Limau Manis, pada Sabtu (25/02/2023) siang.

Dalam proses pembakarannya, di butuhkan jenis kayu yang cukup keras, sehingga menghasilkan api yang sangat panas dan tahan lama, sehingga batu lebih mudah untuk terbelah.

https://www.sinarperbatasan.com/wp-content/uploads/2024/03/WhatsApp-Image-2024-03-20-at-21.06.11-6.jpeg

Saat ini, kata Tarsus, harga batu pondasi per satu ret dump truck, isi sekitar 4 meter kubik, di hargai sebesar Rp 500 ribu, hingga Rp 600 ribu. Sementara untuk harga batu cor (batu koral ukuran kecil), per ret nya dihargai antara Rp 1,2 juta hingga Rp 1,4 juta.

“Harga segitu itu kalau ambil langsung di lokasi, belum termasuk upah menaikkan batu ke truck dan biaya pengangkutan sampai ke tujuan,” jelasnya.

Namun saat ini, kata Bapak 2 orang anak tersebut, permintaan batu pondasi dan koral dari masyarakat sangat sepi. Hal ini diduga karena baru memasuki awal tahun 2023.

“Memang biasanya kalau awal tahun gini, pesanan sepi, sebab belum banyak proyek berjalan. Tapi nanti kalau udah mulai masuk bulan tiga bulan empat, baru agak ramai,” katanya.

Akibat sepinya permintaan pasar, batu Tarsus yang siap untuk dijual pun, menumpuk di sekitar lokasi pemecahan batu miliknya.

Seperti di ketahui, setiap memasuki awal tahun anggaran baru, kegiatan proyek milik Pemerintah Daerah Kabupaten Natuna, belum ada yang di eksekusi. Sebab, ada beberapa kegiatan yang masih dalam tahap lelang. (Khairud)

Editor : Imam Agus

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine



Google search engine

Most Popular

Recent Comments

https://ibb.co/hBb6x82