Joni Iskandar
1215193153
joninatuna035@gmail.com
Etika merupakan suatu konsep tindakan perilaku manusia, tentang baik buruknya suatu tindakan.
Sedangkan dalam jurnal (Mulyasana, 2019) mengatakan,”Etika secara etimologi berasal dari kata Yunani “ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adat.
Secara terminologi etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik-buruk. Yang dapat dinilai baik buruk adalah sikap manusia yaitu yang menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan-gerakan, kata-kata dan sebagainya. Sedangkan motif, watak, suara hati sulit untuk dinilai.
Perbuatan atau tingkah laku yang dikerjakan dengan kesadaran sajalah yang dapat dinilai, sedangkan yang dikerjakan dengan tak sadar tidak dapat dinilai baik buruk”.
Etika sendiri erat kaitannya dengan nilai norma kesopanan dan tingkah laku. Etika bisa menjadi pedoman bagi suatu kelompok untuk mengatur perilaku dan tindakan kelompok tersebut.
Begitu juga dengan masyarakat melayu Natuna, masyarakat melayu Natuna dikenal selalu berpegang kepada adat dan tradisi.
Sebelum melakukan suatu tindakan, mereka selalu memikirkan apakah tindakan tersebut bertentangan dengan adat dan tradisi atau tidak.
Masyarakat melayu Natuna sudah memiliki struktur dan aturannya sendiri, baik dalam kegiatan hidup sehari-hari maupun hal-hal umum lainnya.
Terdapat banyak sekali tradisi Masyarakat melayu Natuna yaitu salah satunya dalam tatacara atau etika bertamu.
Berikut ini adalah beberapa etika bertamu orang Melayu Natuna :
Pertama, mengucap salam. Suku melayu merupakan mayoritas beragama islam sehingga tidak heran jika salam menjadi hal yang paling didahulukan disaat hendak bertamu.
Dengan mengucapkan salam ini berarti kita mendoakan si pemilik rumah dan seluruh keluarganya agar selalu diberikan keselamatan.
Salam biasanya diulang cukup tiga kali karena apabila lebih daripada itu si tamu dianggap tidak diterima atau si pemilik rumah sedang sibuk sehingga tidak ada waktu menerima tamu.
Kedua, masuk ke rumah dengan agak membungkuk. Ketika kita bertamu dan apabila dipersilakan masuk ada baiknya berjalan agak membungkuk, hal ini dilakukan sebagai bentuk rasa tamu kepada pemilik rumah.
Ketiga, Basa-basi terlebih dahulu. Pemilik rumah biasanya menanyakan maksud dan tujuan tamu terlebih dahulu.
Maka hal selanjutnya yang harus tamu lakukan yaitu mulai membuka pembicaraan dengan hal-hal ringan terlebih dahulu seperti berbasa-basi terlebih dahulu, basa-basi ini bertujuan untuk membangun ikatan terlebih dahulu antar pemilik rumah dan tamu.
Tujuan utama dari basa-basi ini tidak lain yaitu untuk mempermudah tamu yang punya hajat dalam menyampaikan maksud dan tujuan yang sebenarnya, sehingga mudah diterima pemilik rumah tentunya dalam menyampaikan menggunakan bahasa yang sopan.
Keempat, Tidak terlalu lama bertamu. Dalam bertamu tidak hanya orang melayu bahkan dalam masyarakat lainpun pasti membatasi waktu untuk bertamu.
Hal ini bertujuan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan disaat bertamu seperti terjadi fitnah, merepotkan pemilik rumah, dan sebagainya.
Begitu juga dengan masyarakat melayu Natuna, bagi mereka tidak disarankan bertamu pada saat berikut seperti, saat jam makan siang, dilarut malam, ketika suami pemilik rumah tidak ada, maupun disaat magrib.
Hal ini dimaksudkan agar tidak menyulitkan pemilik rumah yang hendak ingin shalat, sedang makan, maupun sedang ingin istirahat.
Kelima, Berjabat tangan. Berjabat tangan disini dimaksudkan sebagai tanda terimakasih tamu terhadap pemilik rumah karena sudah bersedia menerima si tamu yang singgah dirumahnya.
Keenam, Pulang dengan salam. Sebelum pulang disaat selesai bertamu sudah menjadi kewajiban untuk mengucapkan salam sebagai tanda bahwa kita mendoakan pemilik rumah serta seluruh keluarganya. Jika sipemilik rumah non-muslim maka ada baiknya mengucapkan terimakasih saja.
Referensi
Mulyasana, D. (2019). Konsep Etika Belajar dalam Pemikiran Pendidikan Islam Klasik. 26(1).