Tampak pompong (kapal motor) milik nelayan Natuna, tidak di gunakan untuk melaut, lantaran musim angin utara masih berlangsung, Selasa (03/01/2023) pagi.
Natuna, SinarPerbatasan.com – Cuaca ekstrem di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), masih terus berlangsung. Cuaca ekstrem itu, biasa disebut oleh masyarakat Natuna dengan nama musim angin utara.
Selama musim angin utara, biasanya nelayan tradisional asal Bumi Laut Sakti Rantau Bertuah itu, memilih untuk tidak melaut, untuk menghindari resiko.
“Iya, istirahat dulu, bang. Cuaca masih kurang bersahabat,” ucap Adi, nelayan asal Desa Batu Gajah, Kecamatan Bunguran Timur, Natuna, kepada sinarperbatasan.com, Selasa (03/01/2023) pagi.
Kata Adi, biasanya musim angin utara ini akan berlangsung selama kurang lebih 3 bulan. Dimulai dari awal bulan Desember hingga akhir bulan Februari.
Memang, sambung Adi, tidak semua nelayan di ujung utara NKRI itu memutuskan untuk tidak melaut. Karena, masih ada beberapa nelayan yang memiliki kapal dengan ukuran besar, yang berani melawan ganasnya ombak di musim angin utara.
“Nggak semuanya sih, ada beberapa nelayan yang nekat melaut. Karena kalau musim angin utara seperti ini, ketersediaan ikan terbatas, jadi harga ikan itu bisa di jual sangat mahal, bahkan bisa sampai dua kali lipat dari harga normal,” jelas Adi.
Selama menunggu musim angin utara berlalu, Adi memilih untuk mengisi hari-hari dengan berkebun di ladang.
“Karena kalau pas jadwalnya melaut, kita kan nggak sempat untuk pergi ke ladang, saat musim angin utara ini lah kesempatan kita untuk bisa membersihkan ladang,” pungkasnya. (Zaki)
Editor : Imam Agus
