Sebuah kapal berbendera Vietnam terpantau berada di Laut Natuna Utara, beberapa waktu lalu. (foto : Dok. Puspen TNI)
Natuna, SinarPerbatasan.com – Berdasarkan AIS, sebanyak 155 kapal Vietnam terpantau beroperasi di dalam wilayah tumpang tindih klaim ZEE Indonesia dan Vietnam di Laut Natuna Utara pada Februari 2023. IOJI memprediksi intrusi kapal Vietnam di wilayah yang sama akan meningkat hingga beberapa bulan mendatang.
Aktivitas kapal ikan Vietnam marak terjadi di Laut Natuna Utara. Aktivitas ini berpotensi kuat melanggar hak berdaulat Indonesia di Laut Natuna Utara dan merusak ekosistem laut dan sumber daya ikan di area tersebut.
Sebanyak 155 kapal ikan Vietnam beroperasi di zona tumpang tindih klaim ZEE Indonesia-Vietnam dengan menggunakan alat tangkap pukat berpasangan (pair trawl).
Ratusan kapal tersebut menangkap ikan di sebelah utara garis landas kontinen Indonesia-Vietnam yang sebagian diantaranya seharusnya sudah menjadi ZEE Indonesia pasca kesepakatan garis batas ZEE antara Indonesia dan Vietnam pada Desember 2022.
Sejak 2021, IOJI secara terus menerus melakukan deteksi terhadap aktivitas kapal ikan Vietnam di Laut Natuna Utara, baik di area sengketa (area tumpang tindih klaim ZEE di sebelah utara garis batas landas kontinen Indonesia-Vietnam) dan di area non-sengketa (Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di sebelah selatan garis landas kontinen Indonesia-Vietnam).
Berdasarkan deteksi tersebut, IOJI menemukan bahwa aktivitas kapal ikan Vietnam di kedua daerah tersebut meningkat di bulan Maret. “Pelanggaran lumrahnya menurun pada November hingga Januari atau Februari,” tulis para peneliti IOJI pada kertas analisis terbaru ”Summary of the Latest Situation and Analysis of IUU Fish in The North Natuna Sea”.
Fluktuasi aktivitas kapal ikan di laut berkaitan erat dengan cuaca. Menjelang akhir tahun hingga Januari atau Februari pada tahun berikutnya, cuaca cenderung buruk yang mengakibatkan Nelayan tidak melaut.
Kertas analisis keamanan laut terbaru menggunakan sumber data Automatic Identification Systems (AIS) dan citra satelit. Citra satelit dibutuhkan untuk mendeteksi keberadaan dark vessels.
“Dark vessels merupakan sebutan bagi kapal yang tidak mengaktifkan AIS,” kata peneliti IOJI, Andreas Aditya Salim. Karenanya, keberadaan dark vessels baru dapat terdeteksi melalui pengamatan citra satelit.
Khusus di Laut Natuna Utara, “terdapat lebih banyak dark vessels ketimbang yang mengaktifkan AIS di kapal mereka,” tulis IOJI dalam kertas analisisnya. (Sumber : oceanjusticeinitiative.org)