BerandaDaerahCuaca Dingin Sebabkan Ayam Milik Peternak Banyak Mati

Cuaca Dingin Sebabkan Ayam Milik Peternak Banyak Mati

Tampak Ahmad Busri, saat menunjukkan kandang anak ayam kampung miliknya, di Jalan Padang Tulung Bandarsyah, Kecamatan Bunguran Timur, pada Minggu (05/02/2023) pagi. (foto : Udin)

Natuna, SinarPerbatasan.com – Peternak ayam kampung di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), mengeluhkan adanya musim penghujan yang terjadi diwilayah tersebut.

Sebab, di saat musim penghujan seperti saat ini, banyak ayam peliharaan warga yang mati, akibat tidak mampu menahan hawa dingin.

“Banyak mati ayam saya, terutama yang masih anak-anak itu, kayaknya gara-gara kedingan,” sebut Ahmad Busri, salah seorang peternak ayam kampung di Padang Tulung, RT 03 RW 04 Kelurahan Bandarsyah, Kecamatan Bunguran Timur, saat ditemui awak media sinarperbatasan.com, pada Minggu (05/02/2023) pagi.

Ahmad Busri menyebutkan, selama musim penghujan di awal tahun ini, anak ayam miliknya sudah banyak yang mati. Bahkan kata dia, jumlahnya mencapai ratusan ekor.

“Kalau dijumlahkan keseluruhannya, sepertinya 100 ekor uda ada yang mati. Karena nggak saya hitung. Yang pasti setiap hari itu ada aja yang mati, entah 4 ekor, 5 ekor pasti ada yang mati,” katanya.

https://www.sinarperbatasan.com/wp-content/uploads/2024/03/WhatsApp-Image-2024-03-20-at-21.06.11-6.jpeg

Padahal kata Ahmad Busri, dirinya sudah memasang bola lampu di kandang anak ayam kampung miliknya, dengan tujuan memberikan suhu hangat terhadap anak-anak ayam kampung yang masih berusia di bawah 3 bulan tersebut.

“Dia (anak ayam, red) itu gini, misalnya saya pasang bola lampu di setiap boxnya (kandang anak ayam, red), mereka akan ngumpul di bawah lampu itu, sampai berdesak-desakan, jadi ada yang mati karena terjepit dan keinjak-injak oleh kawannya. Tapi Kalau tidak saya pasang bola lampu, dia malah kedinginan pulak, jadi lebih banyak lagi yang mati,” terangnya.

Bapak 5 orang anak itu mengaku, kerugian yang ia alami dari jumlah anak ayam yang mati, mencapai jutaan rupiah.

“Karena satu ekor anak ayam yang baru menetas itu, harganya sekitar Rp 7 ribu. Kalau yang mati 100 ekor, artinya dari bibit anak ayam aja kita sudah rugi Rp 700 ribu. Kemudian biaya pakan bagi ayam yang mati itu, kan sudah kita keluarkan, sama biaya perawatannya. Karena yang mati itu, rata-rata usianya sudah diatas 1 bulan. Artinya biaya pakan selama 1 bulan untuk ayam yang mati itu, kan terbuang sia-sia, hasilnya belum dapat tapi modalnya udah terkuras duluan,” sesal Ahmad Busri. (Udin)

Editor : Imam Agus

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine



Google search engine

Google search engine

Google search engine

Most Popular

Recent Comments

https://ibb.co/hBb6x82