SINARPERBATASAN.COM, BUTON TENGAH – Di pelosok desa Buton Tengah, di bawah bayang-bayang pohon bambu yang rimbun, tangan-tangan terampil para pengrajin masih setia merajut lembar demi lembar bambu dan lidi menjadi karya seni bernilai tinggi.
Kerajinan ini bukan sekadar aktivitas turun-temurun, tetapi juga bagian dari identitas budaya yang telah melekat dalam kehidupan masyarakat setempat selama berabad-abad.
Berbeda dari anyaman pada umumnya, produk dari Buton Tengah memiliki motif unik yang mencerminkan kedekatan masyarakat dengan alam dan kehidupan bahari. Pola ombak, ikan, dan bentuk-bentuk geometris yang sederhana namun elegan menjadi ciri khas yang membedakan anyaman daerah ini dari yang lain.
Tak hanya berfungsi sebagai perlengkapan rumah tangga seperti keranjang, tatakan, dan wadah penyimpanan, tetapi juga semakin berkembang menjadi ornamen dekoratif yang menarik perhatian para pecinta seni dan budaya.
“Setiap motif dalam anyaman ini memiliki filosofi. Gelombang laut, misalnya, melambangkan perjalanan hidup yang penuh tantangan, sedangkan bentuk ikan mencerminkan keberlimpahan dan keberlanjutan hidup,” ungkap Bapa Tua, seorang perajin dari Kecamatan Gu, tepatnta di Desa Bantea yang telah bertahun-tahun menekuni seni anyaman.
Meski memiliki nilai budaya dan seni yang tinggi, produk anyaman bambu dan lidi dari Buton Tengah masih belum mendapat sorotan yang layak di pasar nasional, apalagi global. Minimnya promosi dan pemasaran menjadi tantangan utama yang dihadapi para pengrajin, membuat karya mereka hanya dikenal di lingkup lokal.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Pariwisata Buton Tengah, Irwan Seni Rajap, menyatakan bahwa pihaknya sedang berupaya mengintegrasikan kerajinan anyaman ke dalam ekosistem pariwisata daerah.
“Buton Tengah memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, dan anyaman bambu serta lidi adalah bagian dari warisan yang harus kita angkat. Kami ingin menjadikannya bagian dari program pengembangan ekonomi kreatif dan mengenalkannya kepada wisatawan yang berkunjung,” ujarnya, Rabu, (12/03/2025)
Salah satu langkah konkret yang sedang dikembangkan adalah memasukkan produk anyaman dalam pameran budaya, festival daerah, serta memperkenalkannya sebagai bagian dari paket wisata budaya.
Dengan demikian, wisatawan yang datang tidak hanya menikmati keindahan alam Buton Tengah, tetapi juga dapat membawa pulang suvenir khas yang sarat akan nilai budaya.
Di sisi lain, para pengrajin berharap ada lebih banyak dukungan, baik dari pemerintah maupun pihak swasta, dalam hal pelatihan desain, pemasaran digital, hingga bantuan modal usaha.
Dengan semakin berkembangnya industri kreatif, mereka yakin bahwa anyaman bambu dan lidi dari Buton Tengah dapat bersaing dan menarik minat pasar yang lebih luas. (Adv)
Reporter: Sadly