Syahriza Rianpala, warga Tanjungpinang yang juga merupakan salah satu peserta aksi damai di Kantor BP Batam pada 11 September 2023.
Gara-gara nila setitik, rusak santan sebelanga. Mungkin itulah pepatah yang dapat kami tuangkan melalui media ini, bersangkutan dengan aksi damai pada 11 September 2023 di depan Kantor BP Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Saya Syahriza Rianpala, warga Kota Tanjungpinang, yang juga menjadi salah satu peserta demo waktu itu. Kami bersama rombongan pendemo lainnya, berangkat dari Tanjungpinang ke Kota Batam, untuk mengikuti aksi damai, dengan rasa solidaritas sebagai sesama anak Melayu.
Tidak ada niat lain-lain dalam aksi tersebut, dan kami juga tidak anti terhadap investasi. Namun belakangan ini, saya melihat hal ini malah ditarik-tarik ke arah politik. Bahkan ada beberapa pernyataan, yang justru menyudutkan kami. Seolah-olah kami terima ini dan itu (imbalan).
Melalui tulisan yang di muat di media ini, saya dan teman-teman yang lain menegaskan, bahwa kami tidak ada yang menggerakkan dan tidak ada yang membayar kami. Ini murni adalah bentuk solidaritas kami antar sesama masyarakat Melayu.
Perlu di pahami, bahwa kami pergi dengan biaya mandiri. Bahkan kami hanya makan nasi bungkus yang di bagikan oleh peserta demo lainnya.
Hal tersebut juga disampaikan oleh Capten Asri, yang juga menjadi satu dari ribuan orang pendemo lainnya. Bahkan ia mengaku bingung, karena melihat di berbagai media sosial (medsos) akhir-akhir ini malah arah beritanya kemana-mana.
